3 Varian Baru COVID-19 Yang Lebih Cepat dan Mudah Menular
Info Kesehatan - Kabar tentang mutasi COVID-19 bukanlah kebohongan belaka. Saat ini para peneliti menemukan banyak varian virus SARS-CoV-2 yang beredar di berbagai negara.
Melansir DW, diberitakan salah satu bentuk mutasi tersebut ditemukan di Bavaria, Jerman, pada 35 pasien yang baru terinfeksi. Disebutkan pula bahwa virus tersebut berbeda dengan yang ada di Inggris dan Afrika, yang mana keduanya lebih menular.
Faktanya, para peneliti sudah waspada akan hal ini dan mereka pun mulai memperhatikan penyebaran virus SARS-CoV-2 terbaru itu. Setidaknya ada tiga terbaru yang paling benar-benar diawasi dan itu datang dari tiga negara: Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Berikut ini adalah informasi terkait varian baru COVID-19 terbaru tersebut.
1. Varian COVID-19 dari Inggris menyebar lebih cepat dan lebih mudah ketimbang varian umum
Nama varian COVID-19 dari Inggris adalah B.1.1.7. Laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian virus ini punya kemampuan penularan yang lebih cepat dan lebih mudah ketimbang varian virus lainnya. Kecepatan penularannya 70 persen lebih cepat daripada varian D614G.
B.1.1.7 ditemukan pertama kali pada September 2020 dan cukup umum terdapat di London dan bagian Inggris Tenggara. Namun, sekarang varian tersebut juga ditemukan di Kanada dan Amerika Serikat, serta dilaporkan di 52 negara lainnya. Di Indonesia sendiri belum ada laporan terkait keberadaan varian B.1.1.7 ini.
2. Varian SARS-CoV-2 Afrika Selatan punya kecepatan penularan 3 kali lebih cepat
Tidak seumum varian asal Inggris yang setidaknya telah menyerang 4,7 persen dunia, varian COVID-19 asal Afrika Selatan hanya sejumlah 0,1 persen saja. Untuk di Afrika Selatan saja, hanya sekitar 13,4 persen kasus infeksi yang didapati memiliki virus varian ini. Untuk kecepatan penularan, varian ini menular lebih cepat ketimbang B.1.1.7, yaitu tiga kali lebih cepat.
Varian dengan kode 1.351 ini ditemukan pertama kali pada 8 Oktober 2020. Hingga sekarang, laporan terkait infeksi akibat virus ini hanya terdapat pada 22 negara saja, termasuk Australia dan Selandia Baru. Namun, belum ada laporan di Indonesia.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
3. Varian baru yang berasal dari Brasil punya kemampuan untuk memengaruhi antibodi
Ada dua nama kode yang diberikan untuk varian ini: B.1.1.28 dan P1. P1 merupakan subvarian dari B.1.1.28 dan punya nama lain 501Y.V3. Secara kecepatan penularan, P1 setara dengan B.1.1.7 yang mana dapat menular 75 persen lebih cepat ketimbang varian pada umumnya.
P1 dilaporkan oleh WHO ditemukan pada empat wisawatan asal Brasil yang berkunjung ke Jepang. Varian virus ini terdeteksi saat skrining di Bandara Haneda, Tokyo, dan diketahui punya kemampuan untuk membuat mutasi tambahan yang sekiranya bisa memengaruhi antibodi. Itu berarti, ada kemungkinan pasien yang terinfeksi varian P1 lebih susah sembuh karena antibodi di tubuhnya tidak mampu mengenali virus tersebut.
4. Varian baru muncul akibat kasus penularan yang tinggi
Kehadiran berbagai baru ini tidak muncul begitu saja. Terjadinya mutasi pada virus disebabkan adanya kegagalan mengidentifikasi genom virus di tubuh.
Berdasarkan laporan dalam jurnal Medical Microbiology edisi ke empat, disebutkan ada tiga mekanisme mutasi virus: akibat efek mutagen fisik pada asam nukleat, akibat kebiasaan alami yang memproduksi asam nukleat, dan melalui falibilitas enzim yang mereplikasi asam nukleat.
Faktor lain yang bisa memicu mutasi tersebut adalah banyaknya kasus infeksi. Jika diamati lebih lanjut, kasus infeksi di Brasil lebih dari 8,6 juta kasus (per 21/1/2021 pagi). Itu menjadikan Brasil berada peringkat ketiga di dunia dengan kasus COVID-19 terbanyak. SahabatQQ
Inggris menduduki peringkat kelima dengan 3,5 juta kasus, sementara Afrika Selatan berada di peringkat ke-15.
Berpindahnya virus ke tubuh individu berbeda dan terus beradaptasi itulah yang menjadi penyebab mutasi.
5. Keberadaan varian baru bisa menyebabkan seseorang terinfeksi ulang
Selain infeksi yang lebih cepat dan luas merebak, peneliti juga mengkhawatirkan satu hal dari keberadaan varian baru COVID-19 ini. Mereka khawatir nantinya akan muncul varian yang mampu memiliki kemampuan meloloskan diri dari sistem imun.
Kemampuan tersebut mengindikasikan besarnya risiko infeksi ulang (reinfection) pada orang-orang yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi.
6. Memonitor mutasi COVID-19 adalah mitigasi terbaik untuk saat ini
Karena tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi ke depannya, peneliti tidak bisa memberi solusi langsung terkait mutasi SARS-CoV-2. WHO menyebut ada tiga hal yang saat ini tidak diketahui.
Yang pertama adalah seberapa luas varian baru menyebar. Kedua, masalah baru apakah yang akan dihasilkan dari varian tersebut ketimbang varian saat ini. Lalu, yang terakhir seperti apakah dampaknya varian baru ini kepada terapi dan vaksin yang ada saat ini.
Yang bisa dilakukan oleh para peneliti adalah terus memonitor perkembangan virus tersebut.
Bagi masyarakat, informasi ini sangat penting diketahui agar bisa lebih waspada terhadap penularan dan infeksi. Jangan buang kesempatan untuk menerima vaksinasi untuk perlindungan diri, sembari terus disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta jauhi kerumunan. Agen Domino99
Post a Comment