Kenali Tentang Hipertensi si 'Silent Killer', Agar Kamu Tak Jadi Korban
Info Kesehatan - Mengingat statusnya adalah penyakit yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018 dari Kementerian Kesehatan RI, hipertensi atau tekanan darah tinggi tentu sudah tak asing lagi di telinga.
Hipertensi sebenarnya termasuk dalam golongan penyakit yang bisa dicegah dan dikelola sedini mungkin. Bila tidak, kondisi tekanan darah yang tinggi bisa menjadi awal mula dari timbulnya beberapa penyakit mematikan seperti serangan jantung dan stroke.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
Sangat mungkin karena barawal dari salah kaprah atau salah paham, mengakibatkan penderita tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sesuai. Lewat artikel ini, yuk, kita luruskan pemahaman tentang hipertensi agar dampaknya bisa diminimalkan dan kamu tak sampai menjadi korban.
1. Apa itu hipertensi dan bagaimana gambarannya di Indonesia?
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi kronis, adalah masalah kesehatan paling umum di berbagai belahan dunia. Kondisi ini umumnya tidak menunjukkan gejala dan tidak selalu terdiagnosis pada tahap awal. Banyak kasus yang baru terdeteksi ketika seseorang mengalami serangan jantung, stroke, penyakit ginjal, dan kondisi medis serius lainnya. Itulah yang membuat hipertensi disebut sebagai "silent killer".
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia punya hipertensi. Dengan kata lain, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis kondisi ini. Jumlah penderita diperkirakan meningkat tiap tahunnya, dan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
Di Indonesia sendiri, Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1 persen. Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematiannya mencapai 427.218 jiwa.
Hipertensi terjadi pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6 persen), 45-54 tahun (45,3 persen), dan 55-64 tahun (55,2 persen). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1 persen, diketahui bahwa sebesar 8,8 persen terdiagnosis hipertensi, dan 13,3 persen yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat, serta 32,3 persen tidak rutin minum obat.
Angka tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak sadar kalau dirinya memiliki kondisi tersebut, sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang tepat. Mungkin, kamu termasuk salah satunya.
2. Kapan tekanan darah dikatakan tinggi?
Tekanan darah dinyatakan dalam bentuk pecahan: tekanan sistolik ditulis di atas, sedangkan diastolik di bawah. Jika hasil pengukuran tensi 120/80 mmHg, artinya sistolik kamu 120 dan diastolik 80. Satuan mmHg adalah milimeter air raksa sebagai satuan tekanan darah. SahabatQQ
WHO memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin.
Menurut Dr. Norman M. Kaplan, ahli hipertensi dunia, memberikan batasan dengan membedakan usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
- Laki-laki usia <45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring lebih dari atau sama dengan 130/90 mmHg.
- Laki-laki usia >45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya >145/95 mmHg.
- Pada perempuan tekanan darah lebih dari atau sama dengan 160/95 mmHg dinyatakan hipertensi.
3. Apa penyebab hipertensi?
Sempat disinggung pada poin pertama, hipertensi digolongkan menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
Pada hipertensi primer, tidak diketahui dengan jelas apa penyebabnya. Sementara pada hipertensi sekunder, penyebabnya adalah kondisi medis tertentu, seperti kelainan ginjal dan kelainan kelenjar tiroid.
Hipertensi yang banyak dijumpai di masyarakat adalah hipertensi primer, sekitar 92-94 persen. Atau dengan kata lain, sebagian besar kasus hipertensi tidak dapat dipastikan apa penyebabnya.
4. Apa saja faktor risikonya?
Faktor risiko hipertensi ada dua yaitu internal dan lingkungan.
Faktor internal antara lain:
- Genetik: kalau salah satu atau kedua orang tuamu punya hipertensi, risiko kamu mengalaminya dua kali lipat.
- Umur: pada individu berusia di atas 60 tahun, 50-60 persen memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg karena pengaruh degenerasi akibat bertambahnya usia.
- Jenis kelamin: laki-laki berisiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal, sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang masih bisa dimodifikasi, dalam arti bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan, mengurangi tingkat stres, menjaga berat badan tetap ideal, stop atau tidak merokok, olahraga rutin, dan mengurangi asupan garam.
5. Sering sakit kepala menandakan hipertensi?
Inilah mitos yang banyak beredar di masyarakat. Seseorang kerap menyimpulkan bahwa sakit kepala yang dialaminya adalah akibat hipertensi, kemudian serta-merta langsung minum obat hipertensi tanpa pengawasan dokter.
Padahal, seharusnya tekanan darah mesti diperiksa terlebih dulu. Selain itu, perlu diketahui kalau sakit kepala bukan satu-satunya gejala hipertensi. Kalau sampai minum obat hipertensi padahal tekanan darah normal atau bahkan rendah, kamu malah bisa mengalami syok.
Penderita hipertensi biasanya merasakan sakit di bagian belakang kepala dan rasa berat pada tengkuk. Rasa sakit ini sering timbul pada pagi hari setelah bangun tidur, dan akan timbul lagi secara spontan beberapa jam setelahnya. Gejala ini dapat disertai atau tidak disertai oleh gejala lain. Sakit kepala yang menetap terjadi pada penderita hipertensi stadium lanjut.
6. Bagaimana cara mendeteksi sendiri hipertensi?
Pertama-tama, kenali riwayat keluarga, apakah ada yang menderita hipertensi atau tidak. Bila ada dan kamu "akrab" dengan gaya hidup dan lingkungan yang berisiko menyebabkan hipertensi, kamu harus mengenali berbagai gejalanya. Jadi, bila mengalami satu atau beberapa gejala, kamu bisa langsung periksa ke dokter atau ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Agen Domino99
Selain itu, cara mendeteksi sendiri hipertensi juga adalah dengan melakukan cek kesehatan secara rutin. Bukan cuma hipertensi, ini juga bisa berguna untuk mendeteksi banyak penyakit lainnya.
7. Apa saja gejala yang mengindikasikan hipertensi?
Gejala hipertensi bisa berbeda-beda pada tiap orang, bergantung pada tinggi atau rendahnya tekanan darah.
Pada hipertensi primer (terjadi tanpa penyebab yang pasti) gejala yang muncul adalah sakit kepala, mimisan, pusing, jantung berdebar, sering buang air kecil pada malam hari, dan telinga berdenging.
Gejala sakit kepala disertai rasa berat di tengkuk pada pagi hari merupakan yang paling sering dijumpai. Gejala lainnya ialah sesak napas, sulit tidur, penglihatan berkunang-kunang, mudah marah, dan mudah lelah.
Pada hipertensi sekunder (disebabkan oleh kondisi medis tertentu), gejalanya mengarah pada kelainan ginjal, sumbatan pada arteri, penyempitan pembuluh darah, gejala penyakit feokromositoma, hipertiroidisme, maupun gejala akibat kelebihan hormon kortisol.
Bila kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan ke dokter.
8. Bisakah hipertensi disembuhkan?
Pertama-tama, kamu harus tahu kalau hipertensi tinggi tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan. Menurut jurnal "American Health & Drug Benefits" tahun 2010, perawatan hipertensi sangat penting, walau faktanya gejala jarang tampak pada tahap awal.
Hanya segelintir orang yang hipertensinya tidak muncul lagi dalam waktu lama (bertahun-tahun hingga lebih), tetapi mereka harus terus waspada sembari menjalankan gaya hidup sehat untuk menekan kemungkinan yang akan terjadi.
Maka dari itu, intervensi dokter sangat diperlukan. Dilansir Verywell Health, bila tekanan darah tinggi tak terkendali, itu bisa memicu aterosklerosis, yang mana ini bisa menyebabkan penyakit arteri koroner, serangan jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, penyakit arteri perifer, dan aneurisma aorta. Penanganan hipertensi sedini mungkin telah terbukti efektif dalam mencegah komplikasi-komplikasi berbahaya tersebut.
9. Cara mencegah hipertensi
Bersumber dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), kamu bisa mencegah hipertensi dengan langkah-langkah ini:
- Menerapkan pola makan sehat. Pastikan perbanyak makan sayur dan buah segar, serta makanan yang mengandung potasium, serat, protein, serta membatasi asupan garam dan lemak jenuh.
- Jaga berat badan ideal dengan pola makan di atas dan rutin berolahraga.
- Aktif secara fisik untuk menjaga berat badan tetap ideal. Kamu disarankan untuk olahraga intensitas sedang seperti jalan kaki atau bersepeda selama 30 menit, lima hari per minggu.
- Tidak merokok karena kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
- Batasi konsumsi alkohol. Untuk laki-laki tak lebih dari 2 gelas per hari, sedangkan pada perempuan tak lebih dari 1 gelas per hari.
- Tidur cukup karena ini baik untuk menjaga jantung dan pembuluh darah tetap sehat.
Nah, itulah pembahasan tentang hipertensi, si silent killer yang selalu mengintai. Dengan wawasan yang kamu punya sekarang, yuk, cegah sedini mungkin dengan melakukan cek kesehatan secara berkala dan menerapkan tips di atas.
Jangan abai! Jangan biarkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ini bertambah, padahal penyakit ini sebenarnya bisa dikendalikan.
Post a Comment